<body>




Photobucket
Thursday, February 01, 2007
Serial Bintang 9

:: 1001 Teori dan Bukan Peramal::


Dan kumpulan teori tentang menghilangnya Yudha, beberapa adalah sebage berikut:
1. Yudha sebenarnya Gay.
>> Oke ini adalah teorinya Tatya, yg disangkal mati-matian ama Rein: Yudha cuma menjadikan Rein sebagai alat untuk dia menyangkal nalurinya sendiri. Dia menjadikan Rein alat percobaan. Yah syukur kalo dia naksir Rein, setelah sekian dekat hubungan mereka. Namun, in the end, Yudha tetap saja seorang Gay yang tak bisa menyangkal naluri ini.

2. Yudha bukan Gay. Dia hanya gag chemist ama Rein walo hubungan mereka sudah sedemikian dekat.
>> Ini teorinya Rein, yang dia ungkapkan setelah dia menjitak kepala Tatya karena mengajukan teori nomer 1 diatas. Gag chemist = gag sreg = gag naksir.

3. Yudha benernya udah punya cowok CEWEK.
>> Rein menjitak kepala Tatya lagi. Oke, pria ini berniat untuk berselingkuh dengan Rein tapi niat itu diurungkan karena banyak alasan.

4. Yudha merasa dia gag cukup baek untuk Rein.
>> Maka dari itu dia menghindar dari Rein, walo benernya dia naksir juga ama gadis itu. Ini teorinya Tatya, untuk menghibur Rein yang sebel banget karena Tatya menuduh pria idamannya itu sebage Gay.

5. Yudha udah sempet naksir banget ama Rein tapi lantas ilang feeling.
>> Rein menganggap bahwa ini adalah teori yang paling masuk akal. Rein mulai bertanya-tanya apa yang membuat pria itu ilang feeling padanya. Rein mulai menyalahkan dirinya sendiri. Tatya gantian yang sebal karena Rein mulai mellow karena memikirkan teori ini.

6. Yudha adalah buronan Polisi.
>> Dia menghilang dari hidup semua orang yang dikenalnya, karena kabur keluar negeri. Semua orang ditinggalkannya termasuk Rein. Ini jelas teorinya Tatya.

Usai berteori, dan bosan memikirkan apa yang tersembunyi dari menghilangnya Yudha; Rein akhirnya capek juga hampir 3 minggu sedih terus-terusan. Tatya dan Mama sudah bisa lega melihat perlahan Rein membaik.

"Ma,"
"Ya?"
"Benernya dari awal Mama udah gag suka ya, ama Mas Yudha?" Tatya bertanya pada Mama saat mereka cuma berdua aja di Depot.
"Hm... Bukan gag suka, hanya saja Mama punya perasaan gag enak,"

Enough question. Mama emang bukan peramal, tapi bagemana pun juga beliau adalah Mama dari Rein, Baim, dan Tatya. Beliau sekali dua kali, bahkan lebih dari sering memiliki firasat gag enak bahwa akan ada sesuatu hal menimpa Suami dan anak2nya dan terbukti banyak benarnya. Yang paling Tatya dan Baim ingat adalah malam sebelum Papa meninggal.

Waktu itu mereka ber-empat minus Rein, usai menunaikan sholat Isya berjamaah. Saat Mama mencium tangan Papa, mendadak Mama menangis tersedu-sedu. Semua kaget. Bahkan Tatya ikutan menangis walo dia gag tau apa yang membuat Mama menangis. Mama dengan sesenggukan lalu bercerita bahwa usai sholat, mendadak beliau teringat almarhum Pakde (dkakaknya Mama yg tertua) yang meninggal karena kecelakaan.

Well, ternyata keesokan paginya, Papa meninggal di lokasi proyek. Sebuah kecelakaan kerja yang merenggut nyawa Papa seketika.

"Melamun?"
"Ha? Oh gag kok Ma," Tatya tersadar dari kenangannya akan kematian Papa.
"Non, jangan bilang mbak-mu ya kalo Mama sedari awal sudah punya perasaan gag enak tentang Yudha,"
"Ya. Itu rahasia kita saja deh," Tatya bangkit dari meja makan dan mencium pipi Mama.
"Mbak hari ini ke depot kan?" Tatya bertanya pada Mama.
"Iya. Mbak-mu udah gag pernah ke Perpustakaan YPIA lagi kok. Tapi Non, di meja belajarnya Mbak kayaknya ada majalah ama buku dari Perpus deh. Coba kamu cek tanggal pengembaliannya. Siapa tau udah perlu dikembalikan. Kamu nanti yang ngembaliin kesana ya,"
"Oke Ma."

Tatya masuk ke kamar, ternyata Rein masih di kamar mandi. Diambilnya buku dan majalah yang dimaksud Mama dan dimasukkannya ke dalam tas. Hari ini kebetulan dia mo kerumah si Qiqi di deket YPIA ini. YPIA itu tempat kursus bahasa Inggris. Rein terdaftar jadi member di Perpustakaannya, walo sudah lama lulus dari sana.

Malamnya, Tatya ke Perpustakaan. Sempet celingukan juga disana, tolah-toleh nyariin sosok Yudha siapa tau ketemu. Eh ga taunya disana dia ketemu ama temen kuliahnya dulu.

"Neng, sendiri aja? Bisa dipake gak?" seseorang menowel pundak Tatya yang lagi baca koran di Perpus. Disapa begitu, Tatya jelas aja kaget.
"Eh, buset dah!! Kamu toh!" keceplosan Tatya setengah berteriak gembira melihat sobat lamanya ini.
"Hihihi, hush! Jangan berisik disini, ayo ke kantin," Julia menyeret teman lamanya itu keluar.
"Eh ngapain kamu disini Jul? Duh, tambah langsing aja deh Jeng ini," Tatya duduk di bangku kantin setelah memesan seporsi mie goreng dan es teh.
"Mau tau resep langsing ala Julia?" gadis itu mengedipkan mata.
"Apaan Jul? Aku mau tau donk..gile sejak bisa cari duit sendiri, beratku nambah mulu deh," Tatya mengeluh.

Mie goreng pesanan Tatya hadir dimeja tak lama kemudian.
"Ya gimana bisa lu langsing, kalo rajin amat makan malam. Karbohidrat semua nih isinya!" Julia ngelirik mie gorengnya Tatya.
"Yah gini deh, pulang kerja kan pasti yang ada aku kelaparan. Ini mah masih mending cuma mie goreng, kalo makan malam di depot? Wah bisa plus ayam goreng bumbu rujak segala, bikinan mbak Rein,"
"Oiya ya, kamu punya depot. Sekarang buka cabang di depan bekas kampus kita ya? Aku pernah liat tuh, DEPOT BINTANG,"
Tatya menyeruput es teh-nya, "Yoi alhamdulillah bisa buka cabang segala. Tapi yang ngurusin bukan Mama and Mbak secara langsung, tapi keluarga. Kami sih konsen aja ke Depot yang di ruko deket rumah,"

|
{------posted @ 8:47 PM------}