<body>




Photobucket
Thursday, November 30, 2006
Serial Bintang 1

:: Kalo ditelpon gag boleh judes ya? ::



"hmm..halo!" *judes modeON*
"Halo, malem... Bintang ada?"
"Ada."
"...." *terdiam*
"Halo?!"
"Eh iya..Halo,umm.. bisa bicara dengan Bintang?"
"Bisa. Tapi Bintang yg mana?"
"...... Maksudnya?" *bingung*
"Ya iya, mau bicara dengan Bintang, kan? Bintang yg mana??"
"Eh..yaa..ituu..Mbak Bintang!"
"Oh..... Mbak Bintang yg mana? Disini Bintang yg cewek ada dua, soalnya."
"Ha?" *bingung kuadrat*

*klik*

"Lho kok telponnya ditutup seh?? Dasar orang iseng!" Bintang Ibrahim alias Baim, mengomel sambil lantas membanting telpon.
"Sapa yg telpon sih Im? Kok marah-marah gitu?!" sesosok perempuan masuk ke ruang makan, tempat dimana Baim, terganggu makan malamnya karena harus menjawab dering telpon.
"Ada yang nyari Bintang. Mbak Bintang, katanya. Tp pas aku tanyain mau bicara ama mbak Bintang yang mana, eh dia malah nutup telponnya!" Baim menjawab pertanyaan kakak-nya, Bintang Andreina ato yg biasa dipanggil mbak Rein.

Sang kakak, Rein, hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar kejudesan adik lakinya ini.

"Im, lain kali jangan judes gitu dong kalo menjawab telpon!"
"Ah biarin. Gag keliatan mukanya ini..."
"Justru karena kamu gag tau mukanya! Makanya kudu sopan! Pake Assalamualaikum kek... Met malem kek... Jangan jawabnya cuman pake hmmm..halo doang, mana judes pulak!" Rein berusaha menasehati adiknya ini walo dia tau benernya agag percuma buang energi ngomel.
"Ah, ngapain sih? Kan mereka yang butuh telpon kita," tuh kaaannn...Baim selalu aja punya jawaban buat ngebantah!
"Ya gag bisa gitu dong Im. Sapa tau yg nelpon kesini itu, Oom ato Tante. Ato malah Nenek! Kan gag sopan kalo ngejawab telpon caranya kayak gitu."

Baim meminum habis air putihnya dan lantas beranjak meninggalkan sang kakak sendirian di ruang makan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Rein cuma bisa gigit-gigit taplak meja. Gemes deh dia ngeliat adiknya ini yang paling susah dinasehati.

"Salam lekum...." terdengar suara dari ruang tamu. Rein tersenyum. Itu pasti adik bungsunya, Tatyana. Rein beranjak dengan senang ke ruang tamu. Sudah 2 malam ini Tatyana menginap dirumah temannya.

"Haloooo..." Rein menyapa.
Ow rupanya Tatyana lagi ngobrol di handphone."Iya, iyaaa...kenapa gag telpon rumah aja sih? Kan sayang pulsanya kalo telpon ke HP,"

"Oh tadi udah telpon??" Tatyana masih nerusin ngobrol di telpon, ".....Lha terus kenapa dimatiin??.....TAKUT? Takut sama apa?.....Orang laki galak? BUKAN! Itu bukan Satpam! Itu mah kakak laki aku! Ya udah, ntar abis mandi aku telpon kamu deh ya. Gerah ni baru nyampe. Oke bye...."

Rein duduk di sofa.
"Mbak, barusan ada telpon ya?" Tatyana menyadarkan tubuh di sebelah Rein.
"Iya, Mas Baim yg angkat. Katanya sih nyari mbak Bintang. Cuma mas Baim gag jelas, mbak Bintang Andreina apa Bintang Tatyana! Dan yah, kamu tau ndiri kan kalo Mas-mu itu judes banget kalo angkat telpon. Mana yg nelpon juga bingung gitu, mo nyari Bintang yg mana."
"Hahahaha.... tu temen aku yg telpon! Aku udah bilangin, jangan panggil aku dengan nama depan. Panggil dengan nama belakang, Bintang Tatyana dipanggil Tatyana!"
"Hehehe....Orang yg baru kenal ama kita, selalu aja bingung dengan adanya tiga Bintang dirumah ini!"

|
{------posted @ 11:00 AM------}